BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an bukanlah sebuah buku dalam pengertian umum,
karena Ia tidak pernah di formulasikan, tetapi di wahyukan secara
berangangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Sesuai dengan situasi yang
menuntunnya. Al-qur’an sendii sangat menyadari kenyataan ini sebagai sesuatu
yang akan menimbulkan keusilan di kalangan pembantahnya (Q.S. Al-Furqan [25]:
32). Seperti yang di yakini sampai sekarang, pewahyuan al-qur’an secara total
dan secara sekaligus itu tidak mungkin karena Al-Qur’an di turunkan sebagai
petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan yang ada.
|
Sebagian dari tugas untuk memahami pesan dari
Al-Qur’an sebagai suatu kesatuan adalah mempelajarinya dalam konteks latar
belakangnya. Latar bbelakang yang paling dekat adalah kegiatan dan perjuangan
nabi yang berlangsung selama dua puluh tiga tahun di bawah bimbingan al-qur’an.
Terhadap perjuangan nabi yang secara keseluruhan sedah terpapar dalam sunahnya,
kita perlu memahaminya lingkungan pergaulan Arab pada masa awal penyebaran
islam dalam konteks perspektif karena aktivitas Nabi berada didalamnya oleh
karena itu adat istiadat lembaga-lembaga serta pandangan hidup bangsa arab pada
umumnya perlu di pahami dalam konteks aktivitas nabi. Secara khusus, situasi
Mekah pra-islam perlu di pahami secara mendalam. Apabila tidak memahami masalah
ini, kita tidak akan dapat memahami pesan Al-Qur’an sebagai suatu keutuhan.
Orang akan salah menangkap pesan-pesan al-qur’an secara utuh, jika hanya
memahami bahasanya saja, tanpa memahami konteks historisnya. Untuk di pahami
secara utuh, al-qur’an harus di cerna dalam konteks perjuangan nabi dan latar
belakang perjuangannya. Oleh sebab itu, hampir semua literatur yang berkenaan
dengan al-qur’an menekankan pentingnya asbab an-nuzul (alasan
pewahyuan).
|
BAB II
A. PENGERTIAN ASBAB AN-NUZUL
Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari
kata asbab dan an-nuzul secara etimologi asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang
melatar belakangi terjadinya sesuatu sedangkan secara terminologi para ulama
banyak berpendapat diantaranya :
1. Menurut
Az-Zarqani
“hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan
dengan turunnya ayat al-qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat
peristiwa itu terjadi”.
2. Ash
Shabuni
“Peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu
atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa atau kejadian
tersebut, baik berupa pertanyaan yang di ajukan kepada nabi atau kejadian yang
berurusan dengan agama”
3. Mana’
Al-Qathan
ﻤﺎ ﻨﺯﻝ ﻗﺭﺍﻥ ﺒﺸﺄﻨﻪ ﻭﻗﺕ ﻭ ﻗﻭﻋﻪ ﻜﺤﺎﺩﺜﺔ ﺍﻭ ﺴﺅﺍﻝ
“Peristiwa-peristiwa
yang menyebabkan turunnya al-qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu
terjadi,baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyan yang di ajukan kepada
Nabi”.
|
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar
belakangi turunnya Al-Qur’an itu sangat beragam, di antaranya konflik sosial,
ketegangan suku Aus dan Khazraj kasus sahabat yang mengimani shalat dalam
keadaan mabuk, dan pertanyaan-pertanyaan kepada Nabi baik berkaitan dengan
sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi. Persoalan mengenai
apakah seluruh ayat al-qur’an memiliki asbab annuzul apa tidak ternyata telah
menjadi bahan kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa
tidak semua ayat al-qur’an memiliki asbab an-nuzul. Oleh karena itu ada ayat
yang di turunkan tanpa adanya latar belakang dan ada yang di turunkan dengan
adanya latar belakang.
B. CARA MENGETAHUI RIWAYAT ASBAB AN-NUZUL
Asbab an-nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman
Rasulullah SAW. Oleh karena itu tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya
selain berdasarkan periwayatan yang benar dari orang-orang yang melihat dan
mendengar langsung turunnya Al-Qur’an dengan demikian, seperti halnya
periwayatan pada umumnya, di perlukan kehati-hatian dalam menerima riwayat yang
berkaitan dengan asbab-an-nuzul. Dalam kitab asbab an-nuzulnya Al-Wahidi
menyatakan “pembicaraan asbab an-nuzul harus berdasarkan riwayat dan
mendengarnya dari mereka yang secara langsung menyaksikan peristiwa nuzul, dan
bersungguh-sungguh dalam mencarinya”.
|
Dapat di ketahui bahwa para ulama salaf
sangatlah keras dan ketat dalam menerima berbagai riwayat yang berkaitan dengan
asbab an-nuzul keketatan mereka itu di titik beratkan pada seleksi pribadi si
pembawa riwayat (para rawi), sumber riwayat (isnad) dan redaksi berita (matan).
Bukti keketatan itu di perlihatkan oleh Ibnu Shirin ketika menceritrakan
pengalamannya sendiri “ aku pernah bertanya kepada ubadah tentang sebuah ayat
alqur’an tetapi ia menjawab : hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah dan
berbicaralah yang benar, orang-orang yang mengetahui di turunkannya ayat
al-qur’an sudah tidak ada lagi”.
C. MACAM-MACAM ASBAB AN-NUZUL
1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang di
pergunakan dalam riwayat asbab an-nuzul
2. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya
asbab an-nuzul untuk satu ayat atau berbilangnya ayat untuk satu asbab an-nuzul
a.
Berbilangnya asbab an-nuzul untuk satu ayat
tidak setiap ayat memiliki riwayat asbab an-nuzul dalam
satu versi. Ada
kalanya satu ayat mempunyai banyak versi. Tapi hal tersebut tiudak menjadi
masalah selagi tidak mengandung kontradiksi. Terkadang variasi tersebut dalam
bentuk redaksinya dan kualitasnya.
Untuk mengatasinya para ulama mengemukakan cara sebagai
berikut
1). Tidak
mempermasalahkannya
|
Cara ini di tempuh jika asbab an-nuzul
menggunakan redaksi muhtamimah, karena yang di maksud adalah tafsir bukan asbab
an-nuzul
2). Mengambil versi riwayat asbab an-nuzul yang
menggunakan redaksi sharih
Cara ini di gunakan bila salah satu versi riwayat asbab
an-nuzul itu tidak menggunakan redaksi sharih (jelas).
3). Mengambil versi riwayat yang sahih (valid)
Cara ini di gunakan apabila seluruh riwayat itu
menggunakan redaksi sharih (pasti), tetapi kualitas salah satunya tidak shahih
b. Variasi
ayat untuk satu sebab
terkadang satu kejadian dapat menjadi sebab bagi
turunnya satu ayat atau lebih dalam Ulumul Qur’an hal ini di sebut dengan
ta’addud Nazil Wa As-Sabab Al-Wahid
D. KAIDAH AL-IBRAH
Yaitu permasalahan telah terjadi pertanyaan kemudian
satu ayat turun untuk memberikan jawaban atau penjelasannya, tetapi redaksi
jawabannya menggunakan redaksi ‘amm (umum) hingga mempunyai cakupan yang lebih
luas dan tidak terbatas. Pada kasus pertanyaan itu apakah di pahami dari lafad
umumnya atukah khususnya. Para ulama berbeda
pendapat di antaranya :
|
Menurut mayoritas ulama bahwa yang harus
menjadi pertimbangan adalah keumuman lafad bukan kekhususan. Zamakhsyari
al-Humazah [104] berkata bahwa surat
ini di turunkan karena sebab khusus namun ancamannya berlaku umum.
Ibnu Taimiyah bahwa semuanya di pahami berlaku untuk
umum. Ada juga
ulama lain yang berpendapat bahwa ungkapan suatu lafad al-qur’an itu harus di
pandang dari segi kekhususannya bukan dari segi keumumannya.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walaupun redaksi pendefinisian di atas tentang asbab
an-nuzul itu sedikit berbeda semuanya menyimpulkan bahwa yang di sebut asbab
an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat
al-qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
B. Rangkuman
a. Pengertian
Asbab An-nuzul
Secara bahasa adalah sebab-sebab
yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.
Secara istilah ulama banyak
berpendapat :
1.
Az Zarqani “berfungsi sebagai
penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”
2.
Ash Shabuni “berupa pertanyaan
kepada Nabi baik mengenai peristiwa maupun agama”
3.
Manna Al-Qathan “berupa waktu
dan pertanyaan kepada Nabi’
b. Cara
mengetahui riwayat asbab an-nuzul
|
Yaitu tidak boleh ada jalan lain untuk
mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan yang benar dari orang-orang yang
melihat dan mendengar loangsung turunnya ayat al-Qur’an.
c.
Macam-macam Asbab an-Nuzul
1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang di
gunakan dalam riwayat asbab an-nuzul.
a.
Sharih (jelas)
b.
Muhtamimah (mungkin)
2. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya asbab
an-nuzul
a.
Berbilangnya asbab an-nuzul untuk satu ayat
b. Variasi ayat untuk satu sebab
d.
Kaidah Al Ibrah
Yaitu permasalahan
memahami ayat dengan secara umum atau dengan secara khusus.
|
DAFTAR PUSTAKA
-
Anwar, Rasihon, Ulumul Qur’an,
Pustaka Setia, Bandung ,
2000
-
Qathan, Manna’, Al Raubahit fi
Ulumul Qur’an, Mansyurat Al-ashr al-hadits, 1973
-
Zarkasy, Badr Ad Din Muhammad
bin Abdillah Al, al Burhan fi Ulumul Qur’an, Dar Ihya Al Kitab Al-Arabiyah,
Mesir, 1857
|
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin segala puji dan syukur
kami ucapkan pada Allah SWT. Yang telah memberikan kami taufiq dan hidayahnya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, shalawat
serta salam tidak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan semoga kita
mendapat syafa’atnya kelak di akhirat nanti Amiin.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak
yang membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu kami minta kritik dan sarannya yang bersifat membangun agar kami
kedepannya bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua Amiin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Penyusun
|
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
BAB II
A. PENGERTIAN ASBAB AN-NUZUL……………………………….. 3
1. Menurut
Az-Zarkani………………………………………………. 3
2. Ash-Shabuni………………………………………………………. 3
3. Mana’ Al-Qathan…………………………………………………. 3
B. CARA MENGETAHUI RIWAYAT
ASBAB AN-NUZUL………. 4
C. MACAM-MACAM ASBAB
AN-NUZUL…………………………. 5
D. KAIDAH
AL-IBRAH……………………………………………….. 6
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………... 8
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 8
B.
Rangkuman………………………………………………………….... 8
|
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 10
No comments:
Post a Comment