Saturday 23 April 2011

HADITS TENTANG KEPEMIMPINAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Dewasa ini kepemimpinan menjadi perebutan karena pemimpin adalah penguasa maka tambuk kepemimpinan seolah menjadi kedudukan yang paling terhormat, bahkan banyak diantaranya menghalalkan dengan segala cara untuk menarik simpati masyarakat agar memilihnya menjadi pemimpin dengan mengobral janji dan lain sebagainya padahal setelah terwujud keinginannya yakni menjadi pemimpin orang tersebut tidak mampu mewujudkan segala janji-janjinya kepada masyarakat bahkan tidak sedikit janji-janjinya tersebut memang sengaja dibuat untuk di ingkari hanya karena mementingkan kesejahteraan dirinya saja.
Para pemimpin di zaman sekarang juga kebanyakan tidak mengetahui tanggung jawab yang akan dipertanyakannya dalam akhirat kelak sehingga setelah menjadi pemimpin mereka lupa dengan rakyatnya padahal mereka yang telah mengusungnya menjadi pemimpin dengan nilai kepercayaan kepada dirinya.
Kemudian banyak sekali terjadi kesewenang-wenangan dari pemimpin-pemimpin yang notabenenya mempunyai tanggung jawab yang besar dalam dunia dan akhirat bahkan keputusan-keputusan, undang-undang, dan peraturan-peraturannya seringkali bertentangan dengan nilai-nilai hukum dalam islam sehingga menjadi dilema bagi masyarakat untuk mengikutinya atau tidak peraturan dari pemimpin tersebut.
1.2. Tujuan
Jika dilihat dari pemaparan diatas maka makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits juga untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1.      Apa konsekuensi Tanggung jawab sebagai pemimpin menurut Hadits ?
2.      Bagaimana seharusnya sikap pemimpin terhadap masyarakatnya menurut hadits ?
3.      Bagaimana hukumnya apabila ambisius menduduki jabatan menurut pandangan Al-Hadits ?
4.      Apakah masyarakat tetap harus mengikuti peraturan dari pemimpin yang bertentangan dengan syari’at-syari’at islam hadits?
5.      Kemudian bagaimana kronologi turunnya hadits-hadits tersebut ?
6.      Adakah landasan Al-Qur’annya ?

















BAB II
HADITS DAN TERJEMAH

2.1. Hadits Tanggung Jawab Setiap Pemimpin



 
Artinya :
“Sesungguhnya kepemimpinan pada suatu kaum adalah hak, dan mestilah ada manusia itu ada pemimpin. Akan tetapi para pemimpin itu ada di dalam neraka”.
Diriwayatkan oleh : Abu Daud dari seorang laki-laki dari ayahnya dari kakeknya.
2.2. Hadits Pemimpin Sebagai Pelayan Masyarakat

 
“Takutlah kamu kepada Allah hai Abu Walid supaya kamu tidak datang pada hari kiamat nanti dengan membawa unta yang merintih atau sapi yang melenguh dan kambing yang mengembik”.

Diriwayatkan oleh :     At Thabrani dalam “Al-Kabiir”, oleh Ibnu As Sakir dalam “At Tarikh” dari Ubadah bin Shamit. Kata Al Hatsami: orang-orang yang meriwayatkan shahih”.

 
2.3. Hadits Larangan Ambisius Menduduki Jabatan
“Ya Allah, barang siapa yang mengendalikan urusan umatku mengenai sesuatu hal, lalu ia menyulitkan urusan mereka (kasar), maka timbulkan pulalah kesulitan atas dirinya, dan barangsiapa yang mengendalikan urusan umatku mengenai sesuatu hal, lalu ia memperlakukan mereka dengan lemah lembut, maka perlakukan pulalah mereka dengan lemah lembut”.
Diriwayatkan oleh :     Muslim dan An Nasai dari Aisyah r.a. al Baihaqi meriwayatkannya dari Abdurrahman bin Syamamah dalam kitab As Sunnah.






 
2.4.  Hadits Batas Ketaatan Kepada Pemimpin
Artinya :
“ Akan ada setelahku nanti pemimpin-pemimpin. Janganlah engkau mebenarkan kedustaan mereka dan janganlah engkau membantu mereka dalam kedzaliman. Barangsiapa membenarkan kedustaan mereka dan membantu kedzalimannya, dia tidak akan sampai ke telaga”.
Diriwayatkan oleh : Al Baihaqi didalam “As Syu’ub” dari Khabab bin Arits











BAB III
DASAR TASYRI / DASAR HUKUM DARI AL-QUR’AN

3.1.  Dasar Tasyri Tanggung Jawab Pemimpin
Artinya :
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka Maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. dan jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”. (Al-Maidah:42)




3.2. Dasar Tasyri Pemimpin Sebagai Pelayan Masyarakat
Artinya :
“Dan Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”, (Al-Hujuraat:7)
3.3. Dasar Tasyri Larangan Ambisius Menduduki Jabatan
Artinya :
“Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman: "Ikutilah jalan kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu", dan mereka (sendiri) sedikitpun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta”. (Al-Ankabuut:12)
3.4. Dasar Tasyri Batas Ketaatan Kepada Pemimpin
“Kepada Fir'aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, tetapi mereka mengikut perintah Fir'aun, padahal perintah Fir'aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar”. (Huud:97)


















BAB IV
ASBABUL WURUD

4.1. Asbabul Wurud Tanggung Jawab Setiap Pemimpin
Sebagian dari penduduk negeri Arab itu hidup di pinggir jalan yang dilewati musafir. Usaha mereka denan membuka “warung nasi” (manhal) bagi kafilah. Setelah orang-orang itu masuk islam, pemilik mata air dari kaum itu menetapkan kewajiban menyerahkan seratus ekor unta sebagai jaminan keselamatan. Maka merekapun selamat, yaitu setelah mereka masuk islam. Unta-unta itu kemudian dibagi-bagikan kepada keluarga pemilik mata air (yang demikian penting artinya bagi penduduk di gurun pasir). Tetapi diantara mereka yang telah menyerahkan unta kepada pemilik mata air itu, memintanya kembali. Hal itu menimbulkan konflik, dan (karena mereka sudah masuk islam), salah seorang pemimpin atau pemilik mata air itu mengadukan perkara itu kepada Nabi SAW dengan mengutus salah seorang anaknya. “Pergilah engkau menjumpai beliau. Katakanlah bahwa ayahmu menyampaikan salam. Dan jelaskan pula bahwa ayahmu menetapkan kewajiban penyerahan seratus ekor unta atas kaumnya, yang kemudian unta itu dibagikan untuk keluarganya, sampai muncul protes agar unta-unta itu dikembalikan. Tanyakan pada beliau yang berhak atas unta itu, apakah ayahmu atau mereka (yang telah menyerahkannya)?. Jika beliau menjawab, ayahmu berhak, atau ayahmu tidak berhak, jelaskanlah bahwa ayahmu sudah tua dan beliau pemimpin (arif) dan pemilik atas mata air tersebut. Dan katakana pula bahwa ayahmu memohon kiranya beliau sudi menetapkan bahwa ayahmu tetap menjadi pemilinya”.
Anak si pemilik kaum yang memiliki mata air tadi menjumpai Rasulullah. Setelah beliau mendengar penjelasan dan permintaannya, beliau mengucapkan sabda di atas, yang intinya pemungutan semacam itu menyebabkan sang pemimpin (yang berkuasa) masuk neraka.
4.2.  Asbabul Wurud Pemimpin Sebagai Pelayan Masyarakat
Disaat Abu Walid di utus untuk memberikan shadaqah kepada rakyat yang miskin, Rasulullah berpesan : “Hai Abal Walid takutlah kamu kepada Allah supaya kamu tidak datang pada hari kiamat………dan seterusnya”.
4.3. Asbabul Wurud Larangan Ambisius menduduki jabatan
Ibnu Syammah masuk kerumah Aisyah. Lalu istri Rasulullah SAW itu bertanya : “Darimana  (dari suku apa) kamu berasal? Dia menjawab : “dari suku (bani) Mudhar. Aisyah bertanya lagi : “bagaimana kesanmu tentang ibnu Khudaij dalam peperanganmu?”ia menjawab : “Dia adalah pemimpin yang terbaik. Tetapi Aisyah mengatakan sebaliknya: “Dia tidak mencegahku membunuh saudaraku. Akan aku ceritakan kepadamu apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah SAW : “Ya Allah, barang siapa yang mengendalikan urusan umatku ……….dan seterusnya seperti bunyi hadits di atas”.
4.4. Batas Ketaatan Kepada Pemimpin
Diriwayatkan didalam “Al Jami’ul Kabir” dari Khabab bahwa dia pernah duduk-duduk di pintu rumah Nabi sampai beliau keluar. Kata beliau : “Dengarlah!”. Jawab kami “Kami dengar ya Rasulullah”. Beliaupun bersabda : “Akan ada setelahkunanti pemimpin…………dan seterusnya”.

BAB V
URAIAN

5.1. Tanggung Jawab Setiap Pemimpin
Jika kita menelaah hadits diatas maka “arif” adalah pengendali atau orang yang memegang tampuk kekuasaan atas suatu kaum (golongan). Setiap kaum memang harus ada ‘arif (pemimpin)nya, yang mengurus dan menyelenggarakan segala keperluan mereka. “setiap kamu adalah penggembala, dan setiap kamu bertanggung jawab atas gembalaanmu”.
Terkadang orang menyia-nyiakan kekuasaan (kedudukan) tersebut, terutama yang menyangkut hak-hak orang yang dipimpinnya (ra’yah), sehingga menyebabkan dia (diancam) akan menjadi penghuni neraka. Adapun yang menunaikan kewajiban dengan sebaik-baiknya  dipandang sebagai imam (pemimpin) yang adil dalam menegakan hak-hak rakyat (orang-orang yang dipimpinnya) dan menjalankan amanah Allah yang dibebankan kepadanya. Bagi pemimpin yang adil ini, Allah janjikan lindungan (naungan) baginya dihari kiamat kelak, pada saat tidak ada lindungan kecuali lindungan dari Allah.
Karena itu hendaklah setiap orang yang dibebankan bertakwa kepada Allah mengenai apa yang dinamakan Allah kepadanya.
5.2. Pemimpin Sebagai Pelayan Masyarakat
Abul Walid adalah sebutan (kunyah) yang diberikan orang kepada Ubadah bin Shamit. Disaat ia dikirim oleh Rasulullah kepada para sahabat yang fakir untuk memberikan shadaqah kepada mereka, Rasulullah berpesan sebagaimana yang tercantum dalam hadits tersebut. Hal ini merupakan peringatan bagi pengembala yang menelantarkan hewan gembalaannya atau para penguasa yang kurang bertanggung jawab terhadap rakyatnya.
Dalam surat Al-Hujuraat ayat 7 juga dijelaskan bahwa Rasulullah sendiri selalu menuruti kemauan kaum muslimin dalam hal kebaikan dengan arti Rasulullah mencontohkan bahwa sebagai pemimpin Rasulullah selalu melayani masyarakatnya dengan baik.
5.3.  Larangan Ambisius Menduduki Jabatan
Jika kita telaah kembali hadits di atas tentang larangan ambisius menduduki jabatan disana dijelaskan bahwa yang mengendalikan urusan umat islam itu bisa orang-orang yang terkena seruan masuk islam tapi menolaknya (ummatul ijabah) atau orang-orang yang memperkenankan seruan da’wah Nabi (umatud da’wah), karena risalah Rasul adalah sebagai rahmat untuk sekalian manusia, guna mewujudkan keadilan dimuka bumi ini. Maka siapa yang berkuasa mengendalikan urusan umat islam, baik dalam kedudukannya sebagai amir (gubernur), khalifah, kepala Negara atau pemimpin rakyat dalam bidang tertentu, lalu dia bebankan rakyatnya dan menjalankan pemerintahannya itu dengan hal-hal yang menimbulkan kesulitan bagi mereka, maka Nabi mendo’akan supaya sang pemimpin itu ditimpa siksa oleh Allah. Sebaliknya barang siapa yang menjadi pemimpin dan bertindak dengan lemah lembut (ramah tamah), maka Nabi mendo’akan mudah-mudahan Allah juga lemah lembut kepada dirinya. Dialah yang mengendalikan setiap pemimpin yang harus bertanggung jawab kepada-Nya sepanjang yang diketahui oleh pemimpin itu.
5.4. Batas Ketaatan Kepada Pemimpin
Dalam hadits tersebut Rasulullah telah memberikan sinyal bahwa setelahnya akan ada pemimpin yang dzalim dan menyuruh dalam ketidak benaran dan dalam surat Huud ayat 97 juga dijelaskan bahwa apabila pemimpin yang digambarkan dengan Fir’aun memerintah dalam keburukan maka tidak dibenarkan rakyat mengikuti perintahnya, dalam hadits tersebut juga dijelaskan bahwa barang siapa yang membantu kedzalimannya maka tidak akan sampai ke telaga. Artinya tidak akan sampai kepada tujuan yakni surga.
BAB VI
KESIMPULAN

Tanggung jawab sebagai pemimpin di ibaratkan dengan seorang penggembala, barang siapa yang menelantarkan gembalaannya maka Rasulullah berdo’a baginya akan mendapatkan siksa sedangkan sebaliknya jika penggembala tersebut bersifat lemah lembut maka Rasulullah mendoakan supaya Allah juga lemah lembut terhadapnya.
Sehingga jelas tidak dibenarkan untuk ambisius dalam menjadi pemimpin karena setiap pemimpin itu akan mendapat siksa apabila pemimpin tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, karena orang yang ambisius itu biasanya selalu memberikan janji-janji kepada rakyanya agar dirinya terpilih padahal menurut hadits diatas apabila janji-janji sang pemimpin tidak terpenuhi oleh rakyatnya maka tidak ayal lagi siksa akan menimpa pemimpin tersebut.
Rasulullah mencontohkan bahwa beliau menuruti permintaan yang baik dari rakyatnya dari pernyataan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya pemimpin benar-benar bertugas melayani masyarakatnya dan masyarakatpun harus patuh terhadap pemimpinnya. Namun terdapat batasan rakyat mematuhi pemimpinnya yakni selagi pemimpin tersebut memerintahkan atau membuat peraturan yang baik saja karena apabila rakyat mengikuti apalagi membantu kedzaliman sang pemimpin maka Rasulullah telah berdo’a untuk menimpakan siksa kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA

Ø   Muhammad Zuhri, Dr. Hadits Nabi, PT. Tiara Wacana, Yogya, 1997.
Ø   aliph.wordpress.com
Ø   darussalaf.org/myprint.php
Ø   kahmiuin.blogspot.com
Ø   library.usu.ac.id
Ø   Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, di Terjemahkan Oleh H.M.Suwarta Wijaya,B.A, Zafrullah Salim,Drs., Asbabul Wurud jilid 1 , Kalam Mulia Cetakan ke Enam : Jakarta 2002
Ø   Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiqi, di Terjemahkan Oleh H.M.Suwarta Wijaya,B.A, Zafrullah Salim,Drs., Asbabul Wurud jilid 2, Kalam Mulia Cetakan ke Dua : Jakarta 1999.
Ø   mujahiddien.wordpres.com
Ø   one.indoskripsi.com
Ø   perpustakaanmuslim.freehostia.com
Ø   qyonglee.multiply.com
Ø   alatsari.wordpres.com
Ø   asysyari’ah.com
Ø   Muhammad Nashiruddin al-Albani, Silsilah Hadits Shahih edisi Indonesia, CV. Pustaka Mantiq, Solo, 2006.

No comments:

Post a Comment