Saturday 23 April 2011

HADITS MAUDHU'


BAB I
PENDAHULUAN

Pada masa kemasa umat islam terus melebarkan sayapnya (memperluas daerah penyebaran agama islam) bahkan hapir sepertiga dunia dikuasai oleh umat islam. Seiring dengan hal itu tampuh kepemimpinanpun saling silih berganti, mulai dari Rasulullah SAW. Pindah ke Abu Bakar terus pindah ke Umar terus pindah ke Utsman terus pindah ke Ali dan seterusnya. Pada masa pemerintahan Ali inilah timbulah beberapa peperangan yang mengakibatkan terpecah belahnya umat islam menjadi banyak golongan. Dan semenjak itulah banyak pihak-pihak dari pengikut golongan-golongan masing-masing membuat hadits-hadits palsu (Maudlu) untuk mendukung atau mengunggulkan golongannya masing-masing.
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Hadits Maudlu’
Maudlu menurut bahasa artinya adalah sesuatu yang diletakkan, sedangkan menurut istilah Hadits Maudlu adalah Hadits yang bukan Hadits Rasulullah SAW. Tetapi disandarkan kepada beliau oleh seseorang secara dusta dan disengaja.
Hadits ini adalah Hadits yang paling buruk dan jelek diantara Hadits-hadits Dlaif lainnya sebagian Ulama ada yang membagi Hadits menjadi empat bagian yaitu :
1. Shahih                        3. Dhaif, dan
2. Hasan                         4. Maudlu
Maka Maudlu itu menjadi bagian tersendiri.
Para ulama sepakat bahwasanya diharamkan meriwayatkan Hadits Maudlu’ barang siapa mengetahui kepalsuan suatu Hadits, maka ia tidak boleh meriwayatkannya dengan menyandarkan kepada Rasulullah SAW. Kecuali dengan maksud untuk menjelaskan kepalsuannya. Sebagaimana Rasulullah memberikan peringatan sebagai berikut :

Artinya : “barang siapa yang sengaja berdusta terhadap diriku maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di Neraka“ (H.R. Bukhari Muslim dan Lain-lain)
2.      Faktor-faktor Hadits Maudlu’
Faktor-faktor yang mendorong seseorang melakukan pemalsuan atau menciptakan hadits Maudlu antara lain :
a.       Cerita-cerita dan Nasehat
Para tukang cerita ingin menarik perhatian orang awam untuk mengajak mereka kepada kebaikan dan menghindari kemunkaran. Untuk meksud itu mereka memalsukan Hadits yang di nisbatkan kepada Rasulullah, dengan tujuan mencari penghidupan dan mendekatkan pada orang-orang awwam dengan riwayat yang aneh misalnya, “Barang siapa yang mengucapkan kalimat Laa Ilaha illa Allah maka Allah menciptakan dari setiap kata itu seekor burung yang paruhnya dari emas dan bulunya dari marjan”. Diantara mereka adalah Maisyarah bin Abdu Rabbih. Ketika ditanya “Darimana anda dapatkan Hadits-hadits ini?” dia menjawab “Aku memalskannya untuk menggembirakan orang”.
b.      Membela Suatu Madzhab
3
 
Khususnya madzhab kelompok politik pasca terjadinya fitnah, dan yang paling banyak melakukan kebohongan adalah kelompok Syi’ah Rafidhah Imam Malik ketika ditanya tentang mereka, mengatakan, “Jangan mengajak bicara mereka dan jangan meriwayatkan dari mereka karena mereka para pendusta” contoh Hadits buatan mereka adalah : “Aku (Muhammad) adalah timbangan ilmu, dan Ali sebagai piringan timbangannya, Hasan dan Husain sebagai benang-benangnya, Fatimah pengaitnya, dan para Imam sebagai tiang penimbang Amalan orang-orang yang mencintai kami dan orang-orang yang membenci kami”.
Dan kelompok paling jauh dari tindakan pemalsuan itu adalah kelompok Khawarij, karena mereka mengkafirkan orang yang melakukan dosa besar, sedangkan dusta termasuk dosa besar, apalagi dusta terhadap Rasulullah SAW.
c.       Zindiq
Para pemimpin dan penguasa Negeri yang ditaklukkan telah tunduk pada kekuasaan Islam akan tetapi mereka masih memendam rasa kedengkian didalam hati, namun mereka tidak mampu terang-terangan memusuhinya, akhirnya mereka memalsukan hadits yang berisi kelemahan dan ejekan yang tujuannya merusak isla, seperti: “Allah telah menciptakan Malaikat dari kedua bulu siku dan dada-Nya” dan “Melihat wajah cantik adalah ibadah”.
Dan diantara orang-orang zindiq itu adalah Abdul Karim bin Abi al-Auja, yang dibunuh oleh Muhammad bin Sulaiman Al-Abbasi gubernur Barsah. Ketika akan dibunuh, Abdul Karim berkata : “Aku telah memalsukan atas kalian empat ribu Hadits, aku Haramkan yang Halal dan aku Halalkan yang Haram”. Dan Bayan bin Sam’an Al-Hindi yangdibunuh oleh Khalid bin Abdillah Al-Qusairi, kemudian Muhammad bin Sa’id Al-Mashlub yang di bunuh oleh Abu Ja’far Al-Mansur.

d.      Mendekatkan Diri Kepada Penguasa Demi Menuruti Hawa Nafsu Mereka
Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim an-Nakhai bersama Amirul Mu’minin Al-Mahdi, ketika datang kepadanya dan dia sedang bermain merpati. Lalu dia menyebut hadits dengan sanadnya secara berturut-turut sampai kepada Nabi SAW. Bahwasanya beliau bersabda : “Tidak ada perlombaan kecuali dalam anak panah, ketangkasan, atau menunggang kuda atau sayap”. Maka dia menambahkan kata “atau burung” itu dilakukan untuk menyenagkan Al-Mahdi memberinya sepuluh ribu dirham. Setelah ia berpaling, sang amir berkata “Aku bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah SAW.” Lalu beliau memerintahkan untuk menyembelih merpati itu.
e.       Mereka yang Ingin Bermegah Diri Dengan Meriwayatkan Hadits Yang Tidak Dimiliki Orang Lain
3.      Kriteria-kriteria Hadits Maudlu’
Kriteria-kriteria Hadits Maudlu’ itu meliputi dua segi yaitu : segi Rawinya dan segi Matannya.
1)            Segi Rawi
Para perawinya seorang pendusta atau seorang pendusta.
2)            Segi Matan
Biasanya Matan atau arti dari pada segi Maudlu atau batil, misalnya:
·         Tidak masuk akal
·        

Bertentangan dengan akal sehat
·         Bertentangan dengan kebenaran yang sudah dapat dipastikan secara ilmiah/historis.
·         Bertentangan dengan Hadits-hadits yang lenih kuat.
·         Bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an
Contoh-contoh hadits Maudlu’ :
a.                    Hadits yang dibuat-buat oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, ia katakan bahwa Hadits itu diterima dari ayahnya, dari kakaknya dan selanjutnya dari Rasulullah SAW. Berbunyi :



Artinya : “Sesungguhnya bahtera Nuh bertawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali dan shalat di makam Ibrahim dua raka’at”.
Makna Hadits ini tidak masuk akal.
b.                    Hadits berikut :

Artinya : “Anak zina itu tidak masuk surga hingga tujuh turunan.”
Hadir tersebut bertentangan dengan ayat Al-Qur’an yang berbunyi :

Artinya : “Pemikul dosa itu tidaklah memikul dosa orang lain.” (Q.S.Al-An’am : 164)


c.                    Hadits berikut :


Artinya : “Siapa memperoleh anak dan dinamakannya Muhammad, maka ia dan anaknya itu masuk surga”.
Hadits tersebut bertentangan perinsip umum ajaran islam bahwa orang masuk surga adalah karena iman dan amal salehnya bukan karena nama dan gelar.
d.                   Hadits berikut :


Artinya : “Orang yang dipercaya Tuhannya itu ada tiga yaitu, aku (Muhammad), Jibril dan Muawiyyah.”
Jelas bahwa hadits tersebut buatan orang yang fanatik kepada Muawiyyah, yang berkuasa setelah khalifah Ali terbunuh.
e.                    Hadits berikut :


Artinya : “Apabila kamu melihat orang Muawiyah berada diatas mimbarku maka bunuhlah dia.”
Hadits tersebut jelas dibuat-buat oleh orang yang bermusuhan dengan pihak Muawiyyah.

BAB III
KESIMPULAN

8
 
Jadi, kita harus hati-hati dalam memahami sebuah Hadits dan menggunakan sebuah hadits sebagai pedoman hidup kita karena, kada hadits tersebut itu adalah hadits maudlu,. Jadi apabila hadits tersebut ma’nanya tidak masuk akal, bertentangan dengan al-Qur’an perawinya asal-usulnya tidak jelas maka hadits itu bisa dikatakan hadits maudlu’.















KITAB-KITAB YANG MEMUAT
HADITS MAUDLU’

Kitab Al-Maudlu’ah, Al-Imam Al-Hafiz Abul Faraj Abdur Rahman bin Al-Jauzi.
Kitab Al-Laali Al-Masnu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudlu’ah, Al-Hafizh Jalaluddin Al-Suyuti
Kitab Tanzih Al-Syari’ah Al-Marfu’ah an Al-Ahadits Al-Syaniah Al-Maudlu’ah, Al-Hafiz Abu Al-Hasan Ali bin Muhammad bun Irak Al-Kannani
Kitab Al-Manar Al-Munif fi Al-Sahih wa Al-Daif, Al-Hafiz ibnul Qayyim Al-Jauziah
Kitab Al-Masnu fi Al-Hadits Al-Maudlu, Ali Al-Qari

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Minhatul Mughits, Hasan Al-Mas’udi, Al-Hidayah, Surabaya 1917
Kitab Musthalahul Hadits, Abu Hafs Mahmud bin Ahmad At Thahani, Syarikat Binqul Indah, Surabaya 1985
Pengantar studi Ilmu Hadits, Syekh Manna’ Al-Qathan, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta 2005
10
 
Ulumul Hadits, Drs. H. Muhammad Ahmad-Drs. M. Mudzakir, CV. Pustaka Setia, Bandung 2000

No comments:

Post a Comment