BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam membuat sebuah bahan ajar seorang guru harus
memperhatikan aspek-aspek penting yang dapat menunjang keberhasilan peserta
didik untuk memahami materi. Selain itu seorang guru juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip dalam pengembangan bahan ajar itu sendiri, sehingga bahan ajar
tersebut sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan di
capai oleh peserta didik.
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau
silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk
materi pokok. Tugas guru adalah menjabarkan materi pokok tersebut sehingga
menjadi bahan ajar yang lengkap. Oleh karena itu, berikut ini saya jabarkan di
dalam makalah mengenai prinsip-prinsip dalam pengembangan bahan ajar.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah prinsip-prinsip dalam pengembangan bahan ajar?
2.
Apa sajakah prinsip-prinsip bahan ajar untuk guru?
3.
Apa saja
Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar?
C.
Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan
memahami prinsip-prinsip dalam pengembangan bahan ajar.
2. Agar mahasiswa mengetahui dan
memahami prinsip-prinsip bahan ajar untuk guru.
3. Agar mahasiswa mengetahui dan
memahami prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Sebagai yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan
prinsisp-prinsip pembelajaran.Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran
diantaranya meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga
penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1.
Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan
atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian SK dan KD. Cara termudah
ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak
diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau
aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan
pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.[1][1]
Contoh:
KD 1.1 SMP Kelas IX Mengidentifikasi
bangun-bangun yang sama dan sebangun (kongruen), maka pemilihan materi
pembelajaran yang disampaikan seharusnya “Syarat dua bangun yang sama dan
sebangun (kongruen), foto dan model berskala, syarat dua bangun yang sebangun,
dan panjang sisi pada dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen).
2.
Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Artinya ada kesesuaian
(jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar; jika kompetensi dasar yang
ingin dibelajarkan mencakup keempat keterampilan berbahasa, bahan yang
dipilih/dikembangkan juga mencakup keempat hal itu.
Contoh:
Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.[2][2]
3.
Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh
terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan
kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan
prinsip-prinsip pembelajaran. Diantara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
a. Mulai dari yang mudah
untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak.
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu
apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu
yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar,
maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di
tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara
tentang berbagai jenis pasar lainnya.
b. Pengulangan akan memperkuat
pemahaman.
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa
lebih memahami suatu konsep. Walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang
diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Umpan balik positif akan
memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.
c. Umpan balik positif
akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond
yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh
guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang
guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan
lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa
ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond
negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan
balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
d. Motivasi belajar yang
tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Seorang siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka
salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan
dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan
motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas
tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat
siswa senang belajar, dan lain-lain.
e. Mencapai tujuan
ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian
tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan
berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu
dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga
semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil
terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga
tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan
ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator
kompetensi.
f. Mengetahui hasil yang
telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.
Dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan.
Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam
pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya
sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu
yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
2.
Prinsip-Prinsip Bahan Ajar untuk Guru
Dalam memilih, menentukan, menyusun,
dan mengembangkan sumber atau bahan ajar, guru hendaknya memerhatikan beberapa
prinsip sebagai berikut.[3][3]
a)
Menimbulkan minat baca.
Bahan ajar yang baik seyogyanya
dirancang dan dikemas sedemikian rupa untuk dapat menarik dan menimbulkan minat
baca bagi para siswa. Bahan dan sumber ajar yang paling banyak digunakan
sekarang ini adalah yang berbentuk bahan cetak seperti: hand out, buku, modul,
lembar kerja siswa, brosur, leaflet. Bentuk bahan ajar seperti ini tentu saja
ditujukan dan diperuntukan untuk dibaca siswa. Namun, keberadaan sumber belajar
ini kerap kali tidak menarik minat siswa untuk membaca dan menggali informasi
yang berada di dalamnya. Hal ini bisa jadi karena sumber belajar tersebut
ditampilkan secara asal-asalan, miskin informasi, dan pengayaan semisal gambar
atau ilustrasi yang menarik, atau mungkin juga sumber atau bahan ajar yang
disajikan terlalu rumit, sukar, dan monoton. Hal ini semestinya menjadi perhatian
guru untuk benar-benar dapat memilih, menentukan, menyusun, dan mengembangkan
sumber dan bahan ajar yang mampu menarik minat baca siswa, sehingga
materi-materi pelajaran yang terdapat di dalamnya dapat dengan mudah dibaca dan
dipahami siswa.[4][4]
b)
Ditulis dan dirancang untuk siswa.
Guru harus paham benar bahwa sumber
dan bahan ajar yang disusun adalah benar-benar ditujukan dan diperuntukan bagi
siswa. Oleh karena itu guru harus benar-benar pandai memilah dan menyeleksi
bahan-bahan dan sumber-sumber belajar yang benar-benar sesuai dengan tingkat
kompetensi dan pemahaman siswa. Bahan ajar harus dipilih sesuai dengan motivasi
siswa. Motivasi dalam hal ini menyangkut minat, apresiasi, aspirasi dan ambisi.
Kesemuanya memengaruhi proses belajar mereka. Oleh karenanya, pemahaman yang
baik tentang motivasi akan menjadi fondasi bagi guru dalam menentukan materi
dan metode ajar yang menarik minat siswa.
c)
Menjelaskan tujuan instruksional.
Sumber dan bahan ajar yang baik
harus dapat menjelaskan tujuan instruksional yang hendak dicapai dalam proses
pembelajaran. Artinya sumber dan bahan ajar tersebut harus sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai atau memenuhi apa-apa yang dapat dikerjakan oleh siswa pada
kondisi tingkat kompetensi tertentu. Sumber dan bahan ajar yang digunakan guru
setidaknya mengisyaratkan pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
d) Disusun
berdasarkan pola belajar yang fleksibel.
Sumber atau bahan ajar yang baik
hendaknya bisa mengakomodir semua pola belajar siswa. Masing-masing siswa
adalah sebuah individu yang unik yang memiliki karakter yang berbeda, termasuk
dalam gaya dan pola belajarnya. Sumber atau bahan belajar yang baik hendaknya
juga mempertimbangkan hal tersebut. Materi, konsep, informasi, kegiatan dan
ragam latihan yang tertuang dalam sumber atau bahan ajar hendaknya dikemas
sedemikian rupa dengan memadukan berbagai pola belajar yang fleksibel, seperti
penugasan individu, kelompok, kolaborasi, dan lain sebagainya.
e)
Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi yang akan dicapai.
Sumber atau bahan ajar harus
benar-benar terstruktur dan sesuai dengan kebutuhan siswa serta tingkat
kompetensi yang akan dicapai. Dengan kata lain, sumber atau bahan ajar harus
dapat menjawab analisis kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran dan
memerhatikan benar setiap kompetensi yang telah ditentukan dan akan dicapai
dalam setiap proses pembelajarannya.
f)
Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih.
Sumber atau bahan ajar tidaklah
semata hanya berisi segudang informasi yang menjelaskan dan memaparkan fakta
dan konsep belaka. Oleh karena itu, sumber atau bahan ajar yang baik hendaknya
dapat mengakomodir kebutuhan siswa untuk berlatih dan melakukan kegiatan
pembelajaran lain melalui sumber atau materi yang ada dalam bahan ajar. Berbagai tugas, kegiatan, dan latihan harus
termaktub dalam bahan ajar. Akan tetapi perlu diperhatikan juga bentuk-bentuk
tagihan dan tugas serta latihan yang terdapat dalam bahan ajar tersebut. Jangan
sampai kegiatan dan latihan yang diberikan menjadikan anak atau siswa menjadi
enggan untuk berlatih dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilannya.[5][5]
3.
Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar
Dalam pemilihan
bahan ajar dibagi menjadi 5 macam :
1.
Pemilihan Bahan Ajar Cetak
Secara umum, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih bahan ajar cetak yaitu kita harus memperhatikan
informasi yang terkandung didalamnya, apakah sesuai dengan bahan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik atau tidak dan
jangan sampai bahan ajar yang kita pilih terkandung materi yang kurang sesuai
dengan materi yang seharusnya menjadi menu peserta didik dalam mencapai
kompetensinya.
1.
Pemilihan Handout
Pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan bahan ajar handout adalah sebagai berikut:
a)
Substansi
materi yang disajikan harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
b)
Materi
memberikan penjelasan secara lengkap.
c)
Padat
pengetahuan
d) Kebenaran materi dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e)
Kalimat
yang disajikan singkat dan jelas
f)
Dapat
diambil dari buku atau hasil download dari internet.
1.
2.
Pemilihan Buku Teks Pelajaran
a)
Substansi
materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasi oleh peserta didik.
b)
Materi
dalam buku lengkap, paling tidak mampu memberikan penjelasan secara lengkap.
c)
Padat
pengetahuan dan jelas secara keilmuan.
d) Kebenaran materi dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e)
Kalimat
yang disajikan singkat dan jelas
f)
Penampilan
fisik bukunya menarik atau menimbulkan motivasi untuk membaca.
2.
Pemilihan
Bahan Ajar Non Cetak (Model/ Maket)
3.
Adapun
beberapa pertimbangan dalam memilih model / maket sebagai bahan ajar antara
lain: memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan dan memiliki ukuran
yang tidak terlalu besar dan bobotnya juga tidak terlalu berat, sehingga dapat
dipindahkan oleh satu orang.[6][6]
4.
Pemilihan
Bahan Ajar Audio
a)
Substansi
materi yang disajikan dalam radio/kaset harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)
Program
radio yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c)
Direkam
terlebih dahulu, agar dapat didengar dengan jelas.
d) Dilengkapi dengan keterangan
tertulis.
e)
Beberapa
radio siaran menyediakan program pendidikan.
5.
Pemilihan
Bahan Ajar Audio Visual
a)
Substansi
materi yang disajikan dalam video atau film harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)
Alur
cerita yang ada merupakan sajian yang menarik dan diturunkan dari standar
kompetensi/kompetensi dasar dalam kurikulum.
c)
Ditampilkan
dalam satu cerita yang menarik, sehingga peserta didik tertarik untuk
mempelajarinya.
d) Kebenaran materi dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e)
Durasinya
tidak terlalu lama, paling lama 20 menit.
f)
Pilih
video/film yang sesuai, misalnya tentang dokumentasi, situasi diskusi, atau
suatu percobaan.
5.
Pemilihan Bahan Ajar Multimedia Interaktif
Beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam memilih bahan ajar interaktif, antara lain:
a) Substansi materi yang disajikan
dalam program interaktif harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
b) Program interaktif yang disajikan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c) Disajikan dalam bentuk disket atau
CD.
d) Dilengkapi dengan keterangan
tertulis.
e) Penyajiannya menarik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Prinsip-prinsip
pengembangan bahan ajar terbagi atas:
1.
Relevansi(keterkaitan, ada kaitan)
2.
Konsistensi(keajegan)
3.
Kecukupan(memadai keluasannya,
ketercukupannya)
Prinsip-Prinsip Bahan Ajar untuk
Guru
Dalam memilih,
menentukan, menyusun, dan mengembangkan sumber atau bahan ajar, guru hendaknya
memerhatikan beberapa prinsip sebagai berikut.
a.
Menimbulkan minat baca.
b.
Ditulis
dan dirancang untuk siswa.
c.
Menjelaskan
tujuan instruksional.
d.
Disusun
berdasarkan pola belajar yang fleksibel.
e.
Struktur
berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi yang akan dicapai.
f.
Memberi
kesempatan pada siswa untuk berlatih.
Prinsip-Prinsip
Pemilihan Bahan Ajar
1.
Pemilihan Bahan Ajar Cetak
2.
Pemilihan
Bahan Ajar Non Cetak (Model/ Maket)
3.
Pemilihan
Bahan Ajar Audio
4.
Pemilihan
Bahan Ajar Audio Visual
5.
Pemilihan
Bahan Ajar Multimedia Interaktif
DAFTAR PUSTAKA
Prastowo, Andi. 2014. Panduan
Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:Diva Press
http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/03/prinsip-pengembangan-bahan-ajar.html.Diakses
pada tanggal 10 November 2014,Pukul 13:35 Wib
http://mamanpermatahati.blogspot.com/2013/06/Prinsip-prinsip
bahan ajar.html.Diakses
pada tanggal 3 November 2014,Pukul 14:50
[1][1]
http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/03/prinsip-pengembangan-bahan-ajar.html.Diakses
pada tanggal 3 November 2014,Pukul 13:35 Wib
[2][2]
http://mamanpermatahati.blogspot.com/2013/06/Prinsip-prinsip bahan
ajar.html.Diakses pada tanggal 3
November 2014,Pukul 14:50
[3][3]
http://mamanpermatahati.blogspot.com/2013/06/Prinsip-prinsip bahan
ajar.html.Diakses pada tanggal 3
November 2014,Pukul 14:50
[5][5]
http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/03/prinsip-pengembangan-bahan-ajar.html.Diakses
pada tanggal 3 November 2014,Pukul 13:35 Wib
[6][6]
http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/03/prinsip-pengembangan-bahan-ajar.html.Diakses
pada tanggal 3 November 2014,Pukul 13:35 Wib
No comments:
Post a Comment